Sabtu, 03 Maret 2012

Rahasia Sukses Perantau Dari Tegal

Siapa sih yang ngga kenal orang Tegal, bukan semata logat bahasa yang aneh, mereka (kami) dikenal sebagai orang-orang yang tangguh, pantang menyerah, kreatif ; ) narsis mode, halah.
Seperti suku viking di Skandinavia, masyarakat Tegal juga suka merantrau (bahasa kerennya : berpetualang) ke daerah lain untuk mencari peruntungan mereka, tak heran kita bakalan mudah menemukan orang Tegal dengan berbagai macam profesi seperti penjual martabak, pengusaha warteg, dan PNS di kota-kota besar di seluruh nusantara bahkan ada penjual martabak Tegal di Copenhagen (aseli yang ini ngarang).

Aku adalah salah satu diantara mereka yaitu perantau yang nyasar ke Kota Ambon. Disini aku berteman dengan beberapa Tegalan* yang senasib. Salah satunya adalah Mas Karso, penjual kue putu.
Aku biasa berlangganan kue putu ke dia, bukan karena kue putunya yang enak, tapi karena dia orang Tegal (semoga ini bukan bentuk paham kedaerahan yang sempit). Disitu kami sering tukar pengalaman, bertukar informasi dan juga melepas kekakuan mulut yang lama ngga ngomong ngapak (bahasa daerah orang Tegal).
Suatu hari, setelah sekian lama aku tidak membeli kue putunya, kita kembali bertemu. Dia mulai mengktritik tubuhku yang agak kurusan.
“Mas, kok sekarang kurusan sih.” Sial, padahal berat badanku sudah naik sekilo.
“Nggak mas, dari dulu kayak gini aja” kataku membantah, lagipula aku ngerasa langsing ; ) narsis mode lagi, halah.
“Sebenernya emang pengin mberatin badan sih” aku mulai membeberkan keluhanku. Mas Karso sendiri setelah bulan kemaren barusan menikah terlihat lebih gemuk.
“Mau tau caranya, Mas?” kata dia setengah berbisik. Aku mulai serius mendengarkan ucapannya.
“Perantau-perantau dari Tegal yang ada sini sering make cara ini.” Kemudian Mas Karso mengentikan pekerjaannya membuat kue putu. “Cara apa?” tanyaku heran.
“Nggemukin badan” Dia mulai menjelaskan, perantau Tegal disini sebelum pulang mudik, mereka harus bertambah gemuk. Mereka ngga mau dianggap sebagai perantau yang gagal. Dengan nampak gemuk mereka dikira nambah makmur sehingga dianggaplah mereka sebagai perantau-perantau yang sukses.
“Trus, caranya?” aku semakin penasaran dan melambungkan harapanku nggemukin nih badan.
“Minum aja obat China yang dijual di Amplas (Ambon Plazsar)” Mas karso menjelaskan.
“Sebulan sebelum pulang kampung, kita biasa minum tuh kapsul bahkan lebih dari porsi yang dianjurkan, biar reaksinya lebih cepet” lanjut dia, penuh semangat.
“Boleh juga tuh caranya” kataku, setengah ragu atas saran yang telah kudapatkan. Kemudaian Mas Karso pamitan sambil mengantongi uang Rp.5000 –ku yang ditukar sama 20 buah kue putu dan satu tips cara menggemukan badan.
Boleh juga tuh cara, kembali ku berfikir, tapi…enggak deh…lagipula aku masih ngerasa langsing kok ; ) lagi-lagi narsis mode, halah.
Tambahan :
1.    Pesan moralnya adalah orang yang gemuk dianggap orang sukses, obat China bisa menggemukan badan jadi kalo mau sukses minum saja obat China (seenggaknya bagi Mas Karso)
2.    Percakapan diatas sengaja dikonvesi kedalam bahasa Indonesia, agar tulisan ini dapat dibaca oleh pembaca di seluruh nusantara.
3.    * Sebenernya orang Tegal disebut apaan sih? Kalo orang Indonesia kan jadi Indonesian, orang Amerika jadi American trus orang Itali jadi Italian, nah kalo orang Tegal mungkin jadinya Tegalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar